
Pemerintah Blokir Aplikasi Asing yang Tak Penuhi Aturan Perlindungan Data: TikTok dan WhatsApp Kena Dampak?
Pemerintah Indonesia mengambil langkah tegas dalam menegakkan kedaulatan digital dengan mulai memblokir aplikasi asing yang tidak memenuhi ketentuan perlindungan data pribadi. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap kekhawatiran yang berkembang terkait keamanan siber dan penyalahgunaan data pengguna oleh platform global. Dua nama besar yang mencuat dalam wacana ini adalah TikTok dan WhatsApp.
Latar Belakang: Perlindungan Data Jadi Prioritas Nasional
Sejak disahkannya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) pada tahun 2022, Indonesia secara bertahap meningkatkan pengawasan terhadap layanan digital asing. UU tersebut menekankan bahwa setiap entitas pengelola data pribadi—termasuk perusahaan luar negeri—harus menyimpan, memproses, dan mengelola data pengguna sesuai standar nasional.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan bahwa aplikasi yang tidak memiliki server atau perwakilan resmi di Indonesia dan gagal melaporkan kepatuhan terhadap UU PDP akan dikenai sanksi administratif, hingga pemutusan akses.
TikTok dan WhatsApp: Dalam Sorotan
Meskipun TikTok dan WhatsApp masih bisa diakses saat ini, keduanya disebut-sebut sedang dalam proses evaluasi ketat oleh pemerintah. TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance dari Tiongkok, kerap menjadi sorotan karena algoritmanya yang mengumpulkan data perilaku pengguna secara masif.
Sementara itu, WhatsApp, yang dimiliki oleh Meta (induk Facebook), juga menuai kritik terkait kebijakan pembagian data pengguna dengan platform lain di dalam grup perusahaan Meta.
Menurut sumber di internal Kominfo, kedua platform tersebut telah diberikan peringatan dan tenggat waktu tertentu untuk menyampaikan laporan kepatuhan, terutama mengenai:
-
Lokasi penyimpanan data pengguna Indonesia
-
Mekanisme enkripsi dan pengamanan data
-
Penunjukan perwakilan lokal (data protection officer)
-
Mekanisme penghapusan data saat pengguna keluar dari platform
Jika gagal memenuhi syarat, bukan tidak mungkin TikTok dan WhatsApp akan menghadapi pembatasan layanan atau pemblokiran penuh.
Respon Publik dan Pengamat Digital
Langkah pemerintah ini menuai beragam reaksi. Sebagian besar rajazeus resmi online pengguna menyambut baik niat pemerintah untuk melindungi hak digital warga negara, terutama setelah serangkaian kebocoran data yang melibatkan platform e-commerce, lembaga keuangan, dan media sosial.
Namun, pengamat digital juga memperingatkan bahwa pemblokiran aplikasi global dapat berdampak pada:
-
Ekonomi digital, terutama pelaku UMKM yang bergantung pada WhatsApp Business dan TikTok Shop
-
Keterhubungan global pengguna Indonesia dengan komunitas luar negeri
-
Risiko migrasi pengguna ke platform tidak resmi atau VPN, yang justru lebih rentan terhadap pelanggaran data
Alternatif Lokal dan Strategi Nasional
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, pemerintah juga mendorong pengembangan aplikasi lokal yang dapat memenuhi standar perlindungan data. Beberapa aplikasi asing pesan instan dan media sosial buatan dalam negeri mulai dikembangkan dengan infrastruktur data di Indonesia.
Langkah ini juga didukung oleh inisiatif Sovereign Cloud dan Data Center Nasional, yang diharapkan rampung pada 2025, untuk menjamin data warga negara tidak dikelola oleh pihak luar negeri.
BACA JUGA: Riset Teknologi Quantum Computing: Potensi Aplikasi dalam Keamanan Siber dan Farmasi

Riset Teknologi Quantum Computing: Potensi Aplikasi dalam Keamanan Siber dan Farmasi
Teknologi quantum computing (komputasi kuantum) kini menjadi salah satu bidang riset paling revolusioner di dunia teknologi. Dengan kemampuan memproses data jauh lebih cepat dan kompleks dibandingkan komputer klasik, quantum computing berpotensi mengubah banyak aspek kehidupan modern, terutama dalam keamanan siber dan industri farmasi. Seiring dengan semakin cepatnya perkembangan penelitian ini, berbagai peluang dan tantangan mulai muncul di berbagai sektor strategis.
Apa Itu Quantum Computing?
Quantum computing menggunakan prinsip-prinsip fisika kuantum — seperti superposisi, entanglement, dan interferensi — untuk memproses informasi. Tidak seperti komputer klasik yang menggunakan bit (0 atau 1), komputer kuantum menggunakan qubit, yang dapat berada dalam kombinasi 0 dan 1 secara bersamaan. Hal ini memungkinkan komputer kuantum untuk melakukan perhitungan paralel yang jauh lebih banyak dan kompleks, mempercepat pemecahan masalah besar yang sebelumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Quantum Computing dalam Keamanan Siber
Ancaman terhadap Enkripsi Konvensional
Salah satu dampak terbesar dari kemajuan quantum computing adalah pada keamanan siber. Sebagian besar sistem enkripsi saat ini, seperti RSA atau ECC, bergantung pada kesulitan matematis tertentu (seperti faktorisasi bilangan prima besar) yang komputer klasik tidak dapat pecahkan dengan cepat. Namun, algoritma seperti Shor’s Algorithm di komputer kuantum dapat memecahkan masalah tersebut dalam waktu singkat.
Implikasinya:
-
Sistem keamanan data modern dapat menjadi rentan.
-
Informasi sensitif, seperti data perbankan, komunikasi rahasia, dan informasi pertahanan, berisiko besar jika quantum computing jatuh ke tangan yang salah.
Solusi: Quantum-Safe Cryptography
Sebagai respons, para peneliti mulai mengembangkan quantum-safe cryptography, yaitu algoritma yang tahan terhadap serangan komputer kuantum. Beberapa pendekatan meliputi:
-
Post-quantum cryptography: Menggunakan algoritma baru berbasis masalah matematika yang tetap sulit diselesaikan bahkan oleh komputer kuantum.
-
Quantum key distribution (QKD): Metode distribusi kunci enkripsi menggunakan prinsip entanglement kuantum, yang membuat intersepsi data menjadi sangat mudah terdeteksi.
Masa Depan Keamanan Siber
Riset keamanan berbasis quantum akan menjadi prioritas utama, dengan pengembangan jaringan komunikasi yang aman secara kuantum (quantum internet) dan sistem pertahanan digital baru. Pemerintah dan industri swasta kini berlomba untuk membangun ketahanan terhadap ancaman baru ini sebelum komputer kuantum praktis tersedia secara luas.
Quantum Computing dalam Industri Farmasi
Revolusi Penemuan Obat
Dalam bidang farmasi, quantum computing memiliki potensi luar biasa untuk mempercepat penemuan obat. Salah satu tantangan utama dalam riset farmasi adalah memahami interaksi molekul pada tingkat atomik, yang sangat kompleks dan membutuhkan komputasi intensif.
Manfaat Quantum Computing:
-
Simulasi molekul lebih akurat: Komputer kuantum dapat rajazeus resmi online mensimulasikan struktur dan perilaku molekul secara lebih realistis daripada simulasi klasik.
-
Desain obat lebih cepat: Waktu yang dibutuhkan untuk menemukan kandidat molekul potensial bisa berkurang dari bertahun-tahun menjadi hanya beberapa bulan.
-
Personalisasi terapi: Quantum computing juga memungkinkan analisis data genomik dalam skala besar, mendukung pengembangan terapi yang lebih personal sesuai karakteristik genetis pasien.
Studi Kasus dan Proyek Terkini
Beberapa perusahaan farmasi besar, seperti Roche dan Pfizer, serta perusahaan teknologi seperti IBM dan Google, sudah mulai berinvestasi dalam riset penggunaan quantum computing untuk mempercepat riset biofarmasi. Misalnya, simulasi protein kompleks yang penting untuk riset kanker atau Alzheimer dapat dilakukan jauh lebih cepat menggunakan model kuantum.
Tantangan Implementasi
Meski potensinya sangat besar, aplikasi quantum computing di bidang farmasi juga menghadapi sejumlah tantangan:
-
Hardware komputer kuantum masih dalam tahap pengembangan, belum cukup stabil untuk simulasi kompleks berskala besar.
-
Biaya riset dan pengembangan sangat tinggi.
-
Kebutuhan tenaga ahli di bidang kuantum, kimia komputasi, dan farmasi masih sangat terbatas
BACA JUGA: Kebangkitan Konten Lokal di Platform Digital Global!!!